Kementerian Kehutanan Sampaikan Penjelasan Resmi Terkait Musofa, Badak Jawa Hasil Translokasi, Wafat Akibat Penyakit Kronis Bawaan
Jumat, 28 Nov 2025 | Siaran Pers

SIARAN PERS
Nomor: SP.345/HUMAS/PP/HMS.3/11/2025
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia memberikan penjelasan resmi kepada publik terkait wafatnya Musofa, individu pertama Badak Jawa yang berhasil ditranslokasi dalam Program Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Penjelasan ini agar publik mendapatkan informasi yang akurat, transparan, dan berbasis sains tentang apa yang terjadi.
Dalam konferensi pers, Rohmat Marzuki, Wakil Menteri Kehutanan, menegaskan bahwa proses translokasi telah dilakukan sesuai standar ilmiah dan etika konservasi satwa liar. Ia menyampaikan duka mendalam sekaligus penjelasan menyeluruh kepada publik.
“Pertama-tama, izinkan kami menyampaikan rasa duka mendalam atas wafatnya salah satu individu Badak Jawa bernama Musofa, yang selama ini menjadi bagian penting dari upaya penguatan populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon," ujar Wamenhut Rohmat.
Ia melanjutkan bahwa, Musofa adalah individu pertama Badak Jawa yang berhasil ditranslokasi sebagai bagian dari program konservasi nasional. Upaya translokasi ini merupakan langkah ilmiah dan strategis untuk menjaga keberlanjutan populasi badak jawa, salah satu satwa paling langka di dunia.
Lebih lanjut, Wakil Menteri Kehutanan menekankan bahwa Badak Jawa merupakan satwa dengan status kritis serta menghadapi ancaman serius terhadap kelestarian populasinya.
“Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan salah satu satwa paling langka di dunia dengan status Critically Endangered (IUCN Red List). Saat ini, populasi badak jawa hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon, dengan jumlah yang sangat terbatas. Berdasarkan kajian ilmiah terbaru, populasi ini menghadapi ancaman kepunahan dalam waktu kurang dari 50 tahun akibat rendahnya keragaman genetik, perkawinan sedarah (inbreeding), serta keterbatasan habitat. Untuk itu, translokasi badak jawa merupakan langkah strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan, menyelamatkan plasma nutfah, memperbesar peluang reproduksi, dan memperluas sebaran populasi guna menjamin keberlanjutan spesies,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa seluruh tahapan Operasi Merah Putih telah dilaksanakan secara ketat dengan keterlibatan lintas pihak. “Kegiatan Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa dalam pelaksanaannya sudah direncanakan dengan baik dengan pelibatan tenaga ahli baik dari dalam dan luar negeri, Mabes TNI dan para dokter hewan serta berpedoman pada Standard Operating Procedure (SOP), Ethical Assessment (Analisis Etik), tactical floor game atau simulasi, kesiapan logistik, transportasi dan pengamananan sehingga berhasil memindahkan badak Musofa tanpa ada cidera atau luka," ujat Wamenhut
Terkait penyebab kematian, Wakil Menteri menyampaikan hasil pemeriksaan medis dari tim ahli independen. Berdasarkan laporan Balai Taman Nasional Ujung Kulon, tim medis, serta tim patologi SKHB IPB University, Musofa tidak dapat diselamatkan karena penyakit kronis bawaan yang telah diderita jauh sebelum translokasi dilakukan.
"Hasil nekropsi menunjukkan adanya kerusakan kronis pada hati, paru-paru, dan otak, serta infeksi parasit signifikan pada saluran pencernaannya," ujar Wamenhut.
"Kami memahami bahwa kabar ini menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran publik. Namun, kami pastikan bahwa seluruh proses penanganan Musofa telah dilakukan oleh tim medis terbaik, mengikuti standar internasional konservasi satwa liar. Seluruh tindakan telah diaudit dan diverifikasi oleh tenaga ahli independen.” lanjutnya.
Ia pun menegaskan bahwa peristiwa ini tetap menjadi tonggak pembelajaran penting bagi penguatan konservasi Badak Jawa ke depan.
Wamenhut menyatakan bahwa translokasi ini tetap merupakan tonggak penting konservasi Badak Jawa. Proses translokasi ini menjadikan pembelajaran ilmiah yang sangat berharga bagi Kementerian Kehutanan, terutama pada penguatan sistem deteksi dini penyakit satwa liar, peningkatan standar kesehatan populasi badak, dan penguatan protokol keselamatan translokasi satwa di habitat alaminya.
Kementerian Kehutanan mengajak publik untuk tetap mendukung upaya konservasi satwa dilindungi. Badak Jawa adalah simbol kekayaan hayati Indonesia, dan kami memastikan setiap langkah konservasi dilakukan dengan transparansi dan akuntabilitas.
Kronologi proses translokasi Musofa dimulai pada Senin, 3 November 2025, pukul 20.15 WIB ketika badak tersebut berhasil masuk ke dalam pit trap 1, dan ditangani dengan segera oleh Tim Dokter. Selanjutnya Musofa dimasukan ke dalam kandang angkut dan menunggu situasi dan kondisi baik mengingat hujan besar, cuaca gelombang tinggi, disertai badai dan petir selama dua (2) hari sejak Selasa 4 November 2025 pukul 09.00 WIB.
Pada hari Rabu, 5 November 2025 pukul 14.20 WIB, setelah melakukan pengecekan ombak dan cuaca, Musofa dibawa ke Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) menggunakan KAPA Marinir TNI Angkatan Laut dengan penuh kehati-hatian, hingga tiba di Kandang Rawat (Paddock) JRSCA Pukul 20.00 WIB. Musofa tiba di Paddock dengan selamat tanpa mengalami luka karena proses translokasi, bahkan sudah mampu makan, buang air besar dan kecil secara normal. Tim Dokter juga sudah dapat melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang diperlukan.
Namun pada Jumat, 7 November 2025 Musofa terbaring lemah, pada pukul 13.00 WIB dan tim dokter melakukan upaya tindakan darurat untuk menyelamatkan Musofa, akan tetapi Jam 16.16 WIB Badak Jawa Musofa dinyatakan tidak dapat diselamatkan.
Nekropsi Musofa dilaksanakan pada Sabtu, 8 November 2025 oleh tim patologi dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University dan ditemukan beberapa temuan penyebab kematian Musofa, di antaranya: Kematian Musofa disebabkan oleh kondisi penyakit kronis yang tidak terdeteksi sebelumnya atau penyakit bawaan yaitu pada lambung, usus dan otak.
Hadir dalam konferensi pers ini Asops Panglima TNI, Komandan Resort Militer 064/Maulana Yusuf sekaligus sebagai Komandan Satgas Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa, Komandan Lanal Banten sekaligus sebagai Wakil Komandan Satgas Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa, Kepala Balai TN Ujung Kulon, Ketua Pengurus Yayasan Badak Indonesia, Tim Dokter Hewan Operasi Merak Putih, Prof. drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, Dr. drh. Mawar Subangkit, Dr. drh. Muhammad Agil.(*)
Jakarta, 28 November 2025
Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Kehutanan,
Krisdianto.
Website:
www.kehutanan.go.id
Youtube:
Kementerian Kehutanan
Facebook:
Kementerian Kehutanan
Instagram:
Kemenhut
Twitter:
@kemenhut_ri



